Kisah Pesugihan Alas Ketonggo Lereng Gunung Lawu Jawa Timur

Pesugihan Alas Ketonggo Lereng Gunung Lawu - Alas Ketonggo merupakan sebutan bagi hutan lindung di wilayah lereng gunung lawu Provinsi Jawa Timur. Selain dikenal sebagai hutan angker ternyata ada juga cerita Pesugihan Alas Ketonggo yang menjadi viral beberapa waktu silam. Entah bagaimana masyarakat bisa membuat cerita tersebut, yang pasti tidak akan ada sebab tanpa akibat, begitu pula dengan cerita mistis keangkeran alas Ketonggo.

Malah beberapa masyarakat mengibaratkan jika alas ketonggo memiliki hubungan erat dengan alas purwa Banyuwangi. Keangkeran Alas Purwa yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita konon menjadi pasangan Alas Ketonggo.

pesugihan-alas-ketonggo-gunung-lawu

Simak Juga: Pesugihan Kandang Bubrah
Luas wilayah Alas Ketonggo mencapai lebih dari 4.000 KM dan ditumbuhi pohon-pohon besar. Sekilas dari penampakan nya hutan yang letaknya berada 12 KM dari pusat  Ngawi ini memang sangat seram. Ketika musim hujan datang, kabut dan rimbun pepohonan seolah menafsirkan jika hutan tersebut memang layak disebut dengan salah satu hutan wingit di pulau Jawa. Begitu pula dengan kondisinya di musim kemarau yang tidak kalah seram.

Pesugihan Alas Ketonggo

Selain disebut menjadi pemukiman makhluk halus, Hutan Ketonggo rupanya juga menyimpan banyak sekali misteri. Bahkan pada akhir 2014 yang lalu masyarakat Indonesia dihebohkan atas pernikahan seseorang dengan makhluk halus penghuni alas ketonggo.

Adalah Bagus Kodok Ibnu Sukodok, seorang pria yang menghebohkan masyarakat. Pasalnya ia mempublikasikan pernikahannya dengan makluk gaib asal alas ketonggo yakni Roro Setyawati. Roro Setyawati disebut-sebut sebagai makhluk Peri yang selama ini tinggal di Alas Ketonggo.

Bukan hanya cerita tak wajar tersebut yang pernah membuat nama alas ketonggo menjadi viral. Jauh sebelum venomena tersebut terjadi rupanya telah banyak masyarakat yang mempercayai cerita ritual pesugihan yang dilakukan dikawasan Alas Ketonggo.
Simak Juga: Pesugihan Tuyul
Konon tidak sedikit oknum-oknum yang melakukan suatu ritual di kawasan hutan ketonggo. Menurut cerita dari beberapa referensi ritual memang cukup beragam mulai dari bersemedi hingga pemanggilan penghuni gaib. Setidaknya terdapat 10 tempat pertapaan yang cukup dikenal diantaranya ialah Umbul Jame, Kori Gapir, Palenggahan Agung Srigati dan Pesanggrahan Soekarno.

Di lokasi-lokasi tersebut orang berdatangan dan melakukan ritual sesuai kepercayaan mereka. Lebih lanjut masyarakat mengenal ritual di Alas Ketonggo sebagai runtutan ritual yang dilakukan untuk mencari dana Gaib atau uang dari Bank Gaib. Wajar jika di tempat-tempat yang telah kita sebutkan di atas menyengat bau dupa dan kemenyan.

Terlepas dari benar salahnya cerita mistis tentang Pesugihan Alas Ketonggo di atas, sebagai umat islam kita harus senantiasa waspada terhadap tipu muslihat. Mempertebal keimanan dan mendekatkan diri pada Allah SWT menjadi kunci utama kemantaban hati seseorang agar tidak mudah goyah. Semoga cerita di atas memberikan hibutan bagi anda semua.

Kisah Mistis Pesugihan Gunung Sumbing Jawa Tengah

Pesugihan Gunung Sumbing – Gunung sumbing merupakan gunung yang membentang di 3 kabupaten sekaligus mulai dari Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Temanggung, hingga Kabupaten Magelang. Bagi teman-teman yang pernah melakukan pendakian tentu sudah tidak asing lagi dengar kisah mistis di wilayah Gunung Sumbing. Berbagai cerita dan pantangan kerap menambah ketegangan manakala melakukan perjalanan menuju puncak.

Sudah bukan rahasia lagi jika hutan dan gunung menjadi pemukiman dan sarang makhluk halus. Alasan secara logika cukup mudah, yakni di tempat-tempat tersebut masih sangat sepi akan hiruk pikuk kehidupan manusia. Dengan demikian makhluk halus akan lebih nyaman berada di tempat tersebut.

Pesugihan Gunung Sumbing Jawa Tengah
Simak Juga: Pesugihan Kandang Bubrah
Bagi sebagian pendaki yang melakukan pendakian pasti akan merasakan getaran gaib dan hawa di sekitar terasa aneh. Untuk itu kewaspadaan terhadap segala marabahaya perlu kita tingkatkan mulai dari menginjakkan kaki di lereng gunung hingga ke puncak sumbing. Meski cukup menarik membahas keangkeran jalur pendakian mulai dari keganjilan hingga makhluk penunggu namun kali ini kita akan sedikit menyinggung mengenai ritual pesugihan yang cukup banyak dibicarakan warga sekitar.

Pesugihan Gunung Sumbing

Pada dasarnya pesugihan digambarkan masyarakat sebagai suatu ritual atau tindakan dengan tujuan mencapai kekayaan secara instan. Pencapaian kekayaan yang tidak wajar ini kemudian menumbuhkan kepercayaan segolongan orang terhadap kekuatan gaib di sekitar. Demikian pula dengan cerita pesugihan gunung sumbing. Di mana diceritakan sekelompok orang kerap melakukan pendakian dengan tujuan mendapatkan kekayaan secara instan.

Suatu fenomena aneh, mistis sekaligus mengundang banyak pertanyaan bagi siapa saja yang mendengarkan cerita tersebut. Menurut cerita dan legenda orang-orang yang datang untuk melakukan ritual pesugihan biasanya membawa bekal berupa sesajen. Sesajin yang terdiri dari berbagai macam bunga, dupa, kemenyan, dan bahkan hewan unggas menjadi hal wajar yang biasa disiapkan.
Simak Juga: Pesugihan Gunung Semeru
Pengunjung yang memiliki niat dan tujuan demikian tentu saja tidak bertindak tanpa dasar jelas. Secara terdapat juru kunci semacam paranormal yang memandu mereka melakukan hal tersebut. entah apa yang mereka pikirkan, yang jelas kondisi ekonomi dan nafsu manusia akan kekayaan dunia menjadi alasan utama oknum-oknum tersebut melakukan ritual sesat.

Di lokasi sekitar lereng yang disebut dengan Pasar Watu dan Tanah Putih menjadi salah satu lokasi yang kerap dituju sebagai tempat upacara. Selama ini Pasar Watu dan Tanah Putih memang terkenal menjadi tempat angker. Menurut cerita, di tempat ini lah makhluk gaib mulai dari Kuntilanak, Genderuwo, Sundil Bolong, Peri, hingga Banaspati bermukim.

Mungkin karena cerita di atas pula oknum pelaku pesugihan melakukan ritual pemujaan dan pemanggilan. Dari upacara tersebut konon akan menciptakan suatu perjanjian atau persekutuan antara manusia dengan makhluk gaib.

Berbagai cerita keberhasilan dan kegagalan juga kerap menyertai ritual pemujaan di tempat tersebut. Demikian cerita pesugihan Gunung Sumbing yang kerap terdengan di telinga. Mengenai benar tidaknya kisah tersebut satu hal yang bisa kita petik menjadi pelajaran yakni sebagai manusia kita harus senantiasa mempertebal keimanan agar tidak tergoda akan bujuk rayu syetan.

Pengertian Dasar Tentang Makhluk Astral

Pengertian Dasar Tentang Makhluk Astral - Makhluk astral biasanya identik langsung dengan yang namanya hantu, setan jin dan yang lainnya, untuk itu pengertian dari makhluk astral ini bisa juga Makhluk gaib, yang disebut juga Makhluk halus, Makhluk yang tak kasat mata, atau Makhluk astral adalah istilah yang digunakan untuk menyebut makhluk hidup yang eksistensinya tidak dapat dijangkau oleh panca indera Manusia. Kata makhluk berasal dari kata bahasa Arab yang berarti "yang diciptakan" dan "Ghaib" yang artinya "tidak tampak". Sehingga ghaib disini maksudnya adalah apabila dilihat dari sudut pandang (indera) Manusia terhadap makhluk-makhluk tersebut.

Karakteristik Makhluk ghaib

Karateristik Makhluk ghaib dan perbandingannya dengan Manusia, diantaranya :

Malaikat diciptakan sebelum Jin, dan Jin diciptakan sebelum Manusia.
Malaikat diciptakan dari cahaya, Jin dari Api, dan Manusia dari tanah, ketiganya memiliki jasad (jasmani).
Malaikat, Jin, dan Manusia sama-sama berakal, memiliki tingkatan, kedudukan, ilmu dan amalan yang berbeda-beda dan bertingkat-tingkat.
Malaikat tidak memiki syahwat, tidak berjenis kelamin, tidak makan, sedangkan Jin dan Manusia sama-sama memiliki syahwat, berjenis kelamin, makan dan minum, berkeluarga, bereproduksi, bekerja dan istirahat, dll.
Malaikat memiliki kekuatan fisik dan kecepatan yang jauh lebih kuat daripada Jin, sedangkan Jin lebih kuat daripada manusia. Jin mampu terbang hanya sebatas langit dunia sementara Malaikat sampai ke Surga. Mampu mengerjakan sesuatu yang dianggap besar oleh manusia dalam waktu singkat, kurang dari semalam atau sekejap mata misalnya membangun bangunan atau pola raksasa di ladang).
Para Malaikat lebih utama dari para jin baik dari sisi penciptaan, bentuk, perbuatan maupun keadaan.
Populasi Malaikat memiliki jumlah yang sangat banyak melebihi jumlah Jin, Manusia dan Hewan.
Malaikat diciptakan dengan tabiat selalu taat dan tidak pernah bermaksiat kepada Allah dan disifati dengan sifat-sifat yang terpuji. Sedangkan Jin dan Manusia diberikan pilihan dan kehendak (free will) untuk taat atau ingkar. Jin sebagaimana Manusia diperintakan untuk menjalankan syariat Agama mengikuti nabi yang diutus, sehingga didapati ada Jin yang muslim, kafir juga atheis, ada yang baik dan ada yang jahat.
Komunitas Jin serupa dengan Manusia, memiliki bahasa dan negara masing-masing, memiliki Raja dan bawahan, memiliki teknologi dan bangunan-bangunan.
Para Malaikat tinggal di langit, sementara Jin dan Manusia di bumi.
Jin seperti Manusia merasakan sakit, takut, kuat, lemah, lahir dan mati. Malaikat, Jin dan Manusia akan mengalami kematian, Malaikat peniup Sangkakala adalah yang paling akhir mati dihari kiamat, dan juga yang pertama kali dibangkitkan dari kematiannya untuk meniup kembali sangsakala pada tiupan kebangkitan bagi makhluk yang lain. Bagi Jin dan Manusia akan dihitung (hisab) amal perbuatannya dikala hidup di dunia, yang beriman masuk surga yang ingkar ke neraka.
Malaikat, Jin dan Manusia tidak mengetahui perkara ghaib, seperti ajalnya, masa depan, hari kiamat, dll.
Para Nabi dan Rasul seluruhnya dari bangsa Manusia, bukan dari kalangan Jin dan Malaikat.

Pengertian Benda Pusaka Bertuah

Benda Pusaka Bertuah - Biasanya benda pusaka yang seperti ini didatangkan dari alam gaib atau bukan dari alam kita manusia, bentuknya juga sudah pasti sangat berbeda dengan benda yang ada di sekitar kita, selain itu benda-benda tersebut dipercaya bertuah atau memiliki kesaktian tersendiri.

Benda bertuah adalah benda yang sudah diberi muatan nilai tertentu oleh seseorang, nilai itu bisa berupa “kesaktian”, “kemanfaatan”, “keberkahan” dan seterusnya.

Sifatnya jelas subyektif tergantung pada keyakinan dan pengalaman seseorang bersinggungan dengan nilai-nilai tersebut.
Ada yang menjawab bahwa benda dikatakan bertuah bila memiliki energi tertentu. Tolok ukur yang eksak misalnya yaitu sudut tinjau ilmu fisika.

Bahwa setiap benda memiliki kerapatan atom, energi dan massa tertentu yang berbeda-beda sehingga materi benda bisa diukur dengan alat ukur tertentu. Yang jelas, bila benda sudah diberi muatan nilai akan memiliki nilai subyektivitas tertentu  Marilah kita memperdalam sudut pandang ini.

Benda apapun itu, pasti memiliki sebuah “energi spiritual” tertentu.Benda tertentu akan memiliki keterlibatan dengan sejarah hidup seseorang. Saat melihat sebuah cincin kawin, ingatan saya langsung melayang pada saat pertama kali melamar isteri saya. Saat melihat keris, ingatan saya langsung melayang pada bagaimana hebatnya empu nenek moyang kita berjuang mati-matian untuk membuat benda cagar budaya tersebut. Dan seterusnya…

Energi spiritual yang melekat pada benda-benda oleh karenanya bisa dideteksi dengan mempelajari latar belakang ‘ada’-nya benda tersebut. Itu sebabnya tombak kyai pleret yang tersimpan di Kraton Yogyakarta dipercaya “sangat bertuah” karena memiliki sejarah yang panjang.

Atau Keris Kyai Sengkelat, atau yang lain dan seterusnya….
Mempelajari riwayat atau sejarah sebuah benda jelas memerlukan ilmu pengetahuan misalnya arkeologi, ilmu sejarah dan lain-lain.

Ilmu yang demikian adalah hasil dari olah pikir para sarjana yang gentur membaca buku referensi dan akhirnya memiliki keluasan pengetahuan tentang sejarah sesuatu.

Namun, kita tidak menutup mata dengan adanya ilmu batiniah untuk menerawang benda-benda bertuah ini. Ilmu batiniah adalah sebuah fakta yang ada di masyarakat dan hingga kini masih lestari.
Ini adalah budaya spiritual nusantara Indonesia yang adiluhung lho. Kita tidak boleh menutup mata dengan menganggap budaya asing lebih bernilai.

Menghargai budaya asing disarankan, namun lebih luhur lagi juga menghargai budaya nenek moyang.
Untuk itu, ijinkan saya mengangkat kembali pengalaman para leluhur dulu untuk mendeteksi apakah sebuah benda itu bertuah atau tidak.

Benda yang dipercaya “bertuah” banyak wujudnya. Misalnya cincin berakik yang dipakai sebagai jimat, keris dan senjata tradisional lain yang dipakai sebagai piandel (pegangan), berbagai jenis bebatuan alami.
Terkait dengan soal bahan alamiah, biasanya mengandung unsur bio elektrik tertentu yang memang bisa dimanfaatkan sebagai alat kesehatan.

Ada benda-benda yang mengandung unsur magnet alam sehingga bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah dan sebagainya , Cara mengenalinya dengan membuka-buka buku untuk mencari info tentangnya. Ada juga cara mendeteksi dengan jalan mengoptimalkan peran batin kita. Batin sesungguhnya selain mampu untuk diajak mengenali hal-hal gaib juga mampu mengenali nilai esoteris dari benda-benda.

Cara yang saya lakukan biasanya sebagai berikut:

Mengenali benda “bertuah” 
Lihatlah dengan cermat benda tersebut. 
Pakai atau pegang benda tersebut pelan-pelan saja 
Bukalah mata “batin” yang intuitif, dan ketahui apa yang ada di dalam cincin… 
Rasakan energi batin apa yang muncul…dingin, panas, damai, kisruh, celaka, harapan, kasih sayang…dan seterusnya… 
Benda pasti memancarkan sejarah tertentu. Ia merekam dan menyerap sebuah fakta-fakta dan riwayat sejarah yang panjang. 
Ingat benda adalah saksi bisu yang bisa “bicara” yaitu bahasa alam. 
Benda bertuah bisa mendatangkan efek negatif yang tidak kita sadari. Ini bisa akibat energi alamiah benda tersebut, namun juga ulah “sesuatu” yang metafisis. 
Lebih dalam lagi, bila terasa ada “sesuatu” di dalam benda tersebut maka lakukan terus pendeteksian. “Sesuatu” yang saya maksud adalah makhluk halus.(Makhluk ini bisa mendatangkan perasaan gelisah, anak isteri tiba-tiba nakal, penghuni keluarga sakit-sakitan,… disamping mendatangkan efek, misalnya mudah cari uang, enteng jodoh dan sebagainya)